Desain Pembelajaran Gaya Mengajar Pendidik dan Peserta Didik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[1]
Pendidik dan peserta didik adalah dua entitas yang tak dapat terpisahkan dalam menggerakkan dimensi pendidikan terutama pendidikan Islam. Keduanya mempunyai interaksi secara continue yang dapat menghasilkan perambahan intelektual. Pendidik, peserta didik dan tujuan utama pendidikan merupakan komponen utama dalam pendidikan. Hakikt pendidik dan peserta didik inilah yang perlu yang menjadi bahan pengetahuan sebagai landasan untuk melakukan kegiatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan objek dalam penanaman nilai moral, social, intelektual, keterampilan dan spiritual. Pendidik merupakan pelaku utama dalam tujuan dan sasaran pendidikan yaitu membentuk manusia yang berkepribadian dan dewasa. [2]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat berlangsung jika memenuhi unsur-unsur yang ada di dalamnya, salah satunya pendidik dan peserta didik.
Pendidik dan peserta didik akan dijelaskan dalam makalah ini baik dalam perspektif umum maupun perspektif pendidikan islam.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Pendidik dan Peserta didik ?
2.      Bagaimana karakteristik pendidik dan peserta didik?
3.      Apa sajakah macam-macam gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar pendidik?
1.3  Tujuan
1.      Mendeskripsikan Pendidik dan peserta didik.
2.      Mendeskripsikan Karekteristik pendidik dan peserta didik.
3.      Dapat menyebutkan macam-macam gaya belajar dan gaya mengajar.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidik
1.      Pengertian Pendidik
Pengertian pendidik atau guru secara terbatas adalah sebagai satu sosok individu yang berada di depan kelas. Dalam arti luas adalah seorang yang mempunyai tugas tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadiannya, baik berlangsung disekolah maupun di luar sekolah.Menurut UUSPN 1989, guru termasuk tenaga kependidikan khususnya tenaga pendidik yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta didik. Dalam terminologi pendidikan modern, para pendidik disebut orang yang memberikan pelajaran kepada anak didik dengan memegang satu disiplin ilmu di sekolah.
Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab  terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam.[3]
Orang sebagai kelompok pendidik banyak macamnya tetapi pada dasarnya semua orang. Yang paling dikenal dalam ilmu pendidikan adalah orang tua peserta didik, guru-guru disekolah, teman-teman sepermainan dan tokoh-tokoh masyarakat. Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan yang utama paling bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik adalah kedua orang tua. Islam memerintahkan kedua orang tua  untuk mendidik diri dan keluarganya, terutama anak-anaknya, agar mereka terhindar dari adzab yang pedih. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦

Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahriim:  6).[4]
Sekarang timbul persoalan, disebabkan oleh berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua peserta didik yang menyebabkan orang tua jarang berada di rumah. Keadaan yang demikian dapat menjadi salah satu penyebab orang tua tidak dapat malakukan tugasnya menjadi seorang pendidik, maka dari itu alangkah baiknya kalau kedua orang tua tidak sama-sama bekerja, mungkin hanya suami yang kerja, istri hanya berada di rumah mengawasi dan mendidik anak.
Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk  memenuhi seluruh kebutuhan material, maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada pendidik di sekolah untuk didik.
2.       Karakteristik Pendidik
Karakteristik pendidik sedikitnya ada lima karakteristik dan kemampuan professional guru yang harus dikembangkan, yaitu:
a.       Menguasai kurikulum
b.      Menguasai materi semua mata pelajaran
c.       Terampil menggunakan multi metode pembelajaran
d.      Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya
e.       Memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya
Jadi seorang guru harus mempunyai pendidikan yang sesuai dengan kompetensi sebagai seorang guru dan mempunyai pengalaman serta bakat sebagai modal untuk menjadi seorang guru yang kompeten.[5]
Menurut Wina Sanjaya, karakteristik guru ada beberapa karakteristik kompetensi professional guru, antara lain:
1.      Kompetensi Pribadi
·         kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
·         Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
·         Kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan dan system nilai yang berlaku dimasyarakat.
·         Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma.
·         Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

2.      Kompetensi Profesional
·         kemampuan untuk mengusai landasan kependidikan
·         pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan
·         kamampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang setudi yang diajarkannya
·         kemampuan dalam mengaplikasikan metodologi dan strategi pembelajaran
·         kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar
·         kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
·         kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
·         kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang
·         kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja

3.       Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
·         kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional
·         kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan
·         kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara kelompok. [6]
Guru merupakan ujung tombak maju mundurnya dunia pendidikan, secara langsung menggeluti dunia pendidikan secara praktis dilapangan. Terutama berkaitan dengan pembelajaran sekaligus berinteraksi dengan kemajuan pembelajaran para siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru harus memiliki berbagai karakteristik untuk menjadi guru professional, diantaranya :
1.      Memiliki Kompetensi Pendidikan
Kompetensi yaitu kemampuan yang terampil secara kognitif, afektif, yaitu:
a.       Pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif
b.      Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu
c.        Kemampuan (skill) adalah yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik
d.       Nilai ( Value ) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang
e.        Sikap (Attitude) yaitu perasaan senang tidak senang, suka tidak suka atau suatu reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar
f.       Minat, adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan

2.      Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
3.      Pengembangan Kurikulum Silabus
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah
4.      Perancangan Pembelajaran
Guru memiliki perancangan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
5.      Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media.
Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
6.       Evaluasi Hasil Belajar
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
7.      Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian masalah dan alternatife solusi.
Jadi menurut Gordon di atas dapat kita pahami bahwa kompetensi itu menyangkut berbagai unsur psikologis dan rasiologis dalam menjalankan profesi guru sehingga menjadi guru profesional.[7]
2.2    Peserta Didik
1.      Pengertian Peserta Didik
Mengacu pada konsep pendidikan sepanjang masa tau seumur hidup, maka dalam arti luas yang disebut dengan peserta didik adalah siapa saja yang berusaha untuk melibatkan diri sebagai peserta didik dalam kegiatan pendidikan, sehingga  tumbuh dan berkembang potensinya, baik yang berstatus sebagai anak yang belum dewasa, maupun orang yang sudah dewasa.
Dalam UU sisdiknas 2002 pasal 1, di jelaskan bahwa yang disebut peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam perspektif pendidikan islam peserta didik merupakan subjek dan objek. Oleh karena itu proses kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan pesera didik, di dalamnya. Dalam paradikma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa yang memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan  baik bentuk, ukuran maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perassaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang didmiliki anak yang hidup didunia ini. Sebagaimana Hadis Nabi, yang artinya “ tidaklah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya atau me-Majusikannya.
Disamping itu dalam Al-Qur’an Surat an-Nahl ayat 78 juga dijelaskan:
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS.an-Nahl: 78)
Dari hadis dan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah melalui proses pendidikan
Model pendidikan yang perlu diberikan adalah diarakan kepada tiga rana pendidikan, yakni pelatihan intelektual (aspek kognitif) pembinaan moral atau akhlak atau pembiasaan dan ketaatan untuk menjalankan nilai-nilai ajaran agama Islam (aspek afektif) dan semangat bekerja atau amal shaleh (aspek psikomotorik).
2.      Karakteristik yang dimiliki peserta didik.
Anak didik memiliki karakteristik yang ada dalam dirinya, yaitu:
·         Belum memiliki pribadi dewasa sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru)
·         Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
·         Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan jasmani (fisik) dan rohani (non-fisiknya).
Rasyidin dan Nizar juga memberikan penjelasan, bahwa peserta didik atau anak didik memiliki karakteristik yang antara lain:
a.       Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa akan tetapi memilki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap mereka dalam proses belajar mengajar tidak disamakan dengan pendidikan dewasa, baik dalam aspek metode, materi, sumber bahan dan lain sebagainya.
b.      Peserta didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi periodisasi perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap peserta didik.
c.       Peserta didik adalah manusia yang memiliki ketuhanan, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
d.      Peserta didik adalah makhluk Tuhan yang memiliki perbedaan individual, baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana iaa berada.
e.       Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasah daya intelektualnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah.
f.       Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan secara dinamis.[8]



3.      Gaya Belajar Peserta Didik dan Gaya Mengajar Pendidik
Gaya belajar siswa dan gyaa mengajar guru adalah dua kutub yang berbeda yang kadang kala saling bertentangan dan kadang kala juga saling berkaaitn satu sama lain. Apabila gaya belajar siswa dan gaya mengjar siswa saling berkaitan maka yang akan terjadi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Begitu pula sebaliknya, jika gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru saling bertentangan maka yang akan terjadi adalah kegagalan dalam proses belajar mengajar.
Menurut penelitian, Jonesdi Afrika Selatan, menunjukkan adanya korelasi yang hebat antara gaya belajar dan gaya mengajar ( the battle of the war).
Ø  Menurut Yufrizal, ada 5 kategori gaya belajar siswa:
1.      Gaya belajar Visual:
Gaya belajar secara visual ini yaitu kemampuan belajar dengan melihat. Gaya belajar ini digunakan pada orang dengan indera pengelihatan yang tajam dan teliti. Kemampuan belajar yang berhubungan dengan ini yaitu seperti matematika, bahasa arab, bahasa jepang, simbol- simbol, dan lainnya yang berkaitan dengan bentuk. Ciri ciri gaya belajar visual yaitu:
·         Bisa mengingat dengan lebih cepat dan kuat dengan melihat.
·         Tidak terganggu dengan suara- suara yang berisik.
·         Memiliki hobi membaca.
·         Suka melihat dan mendemonstrasikan sesuatu.
·         Memiliki ingatan yang kuat tentang bentuk, warna, dan pemahaman artistik.
·         Belajar dengan melihat dan mengamati pengajar
·         Memiliki kemampuan menggambar dan mencatat sesuatu dengan detail.
Ciri lain secara penampilan pada orang dengan gaya belajar visual pada umumnya orangnya cenderung rapi, tidak suka mendengarkan namun lebih suka melihat, orangnya teratur, berpakaian indah. Orang dengan gaya belajar visual memiliki kesulitan dalam menyalin tulisan dari papan tulis, tulisannya tampak berantakan dan tidak mudah dibaca. Anak dengan gaya belajar visual menyukai percobaan atau peragaan. Metode pembelajaran yang tepat yaitu dengan metode mindmap, video ilustrasi, alat tulis berwarna, pembelajaran menggunakan bentuk.
2.      Gaya belajar Auditori:
Orang dengan gaya belajar auditori memiliki indera pendengaran yang lebih baik dan lebih terfokus. Orang dengan gaya belajar ini mampu memahami sesuatu lebih baik dengan cara mendengarkan. Hal ini berkaitan dengan proses menghafal, membaca, atau soal cerita. Ciri- ciri gaya belajar auditori yaitu:
·         Memiliki kemampuan mengingat yang baik dari mendengarkan.
·         Tidak mampu berkonsentrasi untuk belajar jika suasananya berisik.
·         Senang mendengarkan cerita atau dibacakan cerita.
·         Suka bercerita dan berdiskusi.
·         Bisa mengulangi informasi yang di dengarnya.
Gaya belajar auditori ini memiliki kendala yaitu anak sering lupa apa yang dijelaskan guru. Orang dengan gaya belajar ini cenderung tidak suka membaca petunjuk dan lebih suka langsung bertanya untuk mendapatkan informasi. Kendala gaya belajar ini adalah anak tidak tertarik untuk memperhatikan sekitarnya. Kurang cakap dalam mengarang atau menulis. Cenderung suka berbicara.
Oleh karena itu, metode belajar yang tepat yaitu dengan musik, menggunakan media auditori, berdiskusi, bercerita di depan kelas, dan lainnya. Anak dengan gaya belajar ini biasanya saat menghafal akan membaca keras keras kata- kata yang dihafalnya dan menjadi lebih efektif baginya ketika dicapkan dan dia dengar kembali.
3.      Gaya belajar Kinestetik:
Gaya belajar kinestetik yaitu gaya belajar dengan melibatkan gaya gerak. Hal yang berkaitan yaitu seperti olahraga, menari, memainkan musik, percobaan laboratorium, dan lainnya. Gaya belajar ini efektif untuk anak yang menyukai gerak dan gambaran imajinasi berdasarkan gerakan. Ciri ciri gaya belajar kinestetik:
·         Ketika menghafal yaitu dengan cara berjalan atau membuat gerakan- gerakan.
·         Menyukai belajar dengan praktik langsung atau menyentuh secara langsung.
·         Anak yang aktif dan banyak bergerak, memiliki perkembangan otak yang baik.
·         Menggunakan objek nyata sebagai alat bantu.
·         Menyukai aktivitas pembelajaran yang aktif atau permainan.
Orang atau anak dengan gaya belajar kinestetik ini cenderung tidak bisa diam. Cenderung bosan dengan gaya pembelajaran konvensional yang hanya duduk diam mendengar. Lebih cocok dengan pembelajaran yang melibatkan kerjasama tim, partisipasi aktif siswa, dan kegiatan aktif lainnya. Metode belajar yang bisa diterapkan yaitu dengan menggerakkan jari, mengunyah permen karet, mengeksplorasi lingkungan dengan berjalan jalan, dan lainnya. Pada anak, metode pembelajaran untuk anak dengan gaya belajar kinestetik ini bisa dengan membuat permainan peran, drama, praktik skill, menari, memainkan alat musik, dan lainnya.

4.      Gaya belajar Analithic:
Anak dengan gaya belajar analitik memikili kemampuan dalam memandang sesuatu cenderung ditelaah terlebih dahulu secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mengerjjakan suatu hal secara bertahap dan urut. Ciri ciri gaya belajar analitik:
·         Berfokus mengerjakan satu tugas, tidak akan ke tugas berikutnya jika tugasnya belum selesai.
·         Berfikir secara logika.
·         Tidak menyukai jika ada bagian yang terlewatkan dalam suatu tugas.
·         Cara belajar konsisten dan menetap.
Anak dengan gaya belajar analitik menilai sesuatu berdasarkan fakta- fakta. Namun seringkali mereka tidak mampu menemukan titik gagasan utamanya tentang tujuan tugas yang sedang dia lakukan. Berfokus pada satu masalah atau tugas sampai selesai.
Anak dengan gaya belajar analitik lebih cocok belajar sendiri baru kemudian bergabung dengan kelompok belajar. Mereka juga mengalami kesulitan dalam belajar dikarenakan hanya berfokus pada satu hal. Cara terbaik untuk mengatasinya yaitu membuat jadwal belajar yang terstruktur sehingga sasaran belajar yang ingin dicapai jelas. Metode belajar yang tepat yaitu dengan konsisten melakukan atau mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal harian yang dibuatnya.
5.      Gaya belajar Global:
Anak dengan gaya belajar global memiliki kemampuan memahami sesuatu secara menyeluruh. Pemahaman yang dimiliki berisi gambaran yang besar dan juga hubungan antara satu objek dengan yang lainnya. Anak dengan gaya belajar global juga mampu mengartikan hal hal yang tersirat dengan bahasanya sendiri secara jelas. Ciri ciri gaya belajar global:
·         Bisa melakukan banyak tugas sekaligus.
·         Mampu bekerjasama dengan orang lain dengan baik.
·         Sensitif dan mampu melihat permasalahan dengan baik.
·         Mampu mengutarakan dengan kata- kata tentang apa yang dilihatnya.
Anak dengan gaya belajar global biasanya kurang rapi, meskipun sebenarnya menyukai kerapian. Dalam melakukan suatu hal, seringkali berserakan dan barang- barangnya tidak rapi. Untung mengatasi hal ini maka akan membuat suatu sistem penataan dengan mengkategorikan barang- barang sesuai tipenya. Anak dengan tipe global ini tidak bisa hanya memikirkan satu hal namun memikirkan bnayak hal sekaligus. Meskipun satu tugas belum selesai, dia juga akan mengerjakan tugas berikutnya. Anak dengan gaya belajar global peka terhadap sekitarnya termasuk perasaan orang lain dan merasa senang untuk bekerja keras membuat orang lain senang. Cenderung memerlukan banyak dorongan semangat pada saat akan memulai melakukan sesuatu.
Ø  Dan ada 5 kategori gaya mengajar guru:
1.      Gaya Ahli (Expert): memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan siswa, berusaha kerasa untuk menjaga statusnya sebagai tenaga ahli dengan memperlihatkan kepada para siswa pengetahuan yang terperinci dan menatang untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menyebarkan informasi yang terkait sesuai kemampuannya,
2.      Gaya Formal Authority: memiliki status di mata siswa karena peran dan pengetahuanya sebagai staf lembaga memberi perhatiannya kepada para siswa tentang suatu hal yang positif dan umpan balik yang negative.
3.      Gaya Personal Model: memberikan kepercayaan bahwa guru sebagai pengajar menjadi contoh dan menetapkan suatu prototype bagaimana cara berikir dan bertindak,mengatur, memandu, dan mengarahkan serta menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong siswa ddalam mengamati apa yang di lakukan oleh gurunya sehingga pada gilirannya dapat menyamai ataubahkan lebih baik dibanding gurunya.
4.      Gaya Facilitator: menekankan secara alami interaksi gurusiswa secara pribadi, memandu dan mengarahkan para siswa dengan meminta mereka untuk bertanya akan suatu hal, menyelidiki beberapa pilihan yang tersedia, mengusulkan beberapa alternative untuk membangun kriteria dalam memilih berbagai aneka pilihan.
5.      Gaya Distributor: gaya mengajar inni berkaitan dengan pengembangan kapasitas sedemikian sehingga mereka dapat mengurus dirinya sendiri.[9]





























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab  terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam.Dalam perspektif pendidikan islam peserta didik merupakan subjek dan objek. Oleh karena itu proses kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan pesera didik, di dalamnya. Dalam paradikma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa yang memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
            Gaya belajar peserta didik ada 5, yaitu:
1.      Gaya belajar Visual
2.      Gaya belajar Auditori
3.      Gaya belajar Kinestetik
4.      Gaya belajar Analithic
5.      Gaya belajar Global

Gaya mengajar pendidik ada 5, yaitu:
1.    Gaya Ahli (Expert)
2.    Gaya Formal Authority
3.    Gaya Personal Model
4.    Gaya Facilitator
5.    Gaya Distributor















DAFTAR PUSTAKA

al-Abrasyi, Mohd. Athiyad, 1987, Dasar-dasr pokok Prndidikan Islam,Jakarta: Bulan Bintang,
Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam,Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, hal: 81.
Lunggung, Hasan, 1988, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka al-Husna,
Direktorat Profesi Pendidik. 2008. Pedoman Penilaian Guru Berprestasi. Jakarta : Depdiknas
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana Prenada Media Group
Hery Yufrizal,”Analisis Gaya Belajar Siswa dan Gaya Mengajar Guru Bahasa Inggris di SMA Se-Kabupaten Tulang Bawang”, Jurnal Linguistika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2010, Volume 1 Nomor 1
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2003








[1] Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2003, hlm 3.
[2] M. Agus Nuryanto, “Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam (Prespektif Paedagogik Kritis)” dalam HERMENEIA Jurnal Kajian Islam Intredisipliner, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Volume 9, NOmer 2 Desember 2010, hlm 213
[3] M. Ali Hasan dan Mukti Ali, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, hal: 81.
[4]  ibid
[5] Hasan Lunggung, 1988, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka al-Husna, hal: 86-87
[6] Ibid, hlm 89
[7] Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya, hal: 78

[8] Opcit, hlm 90-92
[9] Hery Yufrizal,”Analisis Gaya Belajar Siswa dan Gaya Mengajar Guru Bahasa Inggris di SMA Se-Kabupaten Tulang Bawang”, Jurnal Linguistika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2010, Volume 1 Nomor 1, hlm 10-11

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengevaluasi Media Pembelajaran

MUSNAD ILAIH dan RAHASIA BALAGHAHNYA

Penulisan Laporan Magang SD Muhammadiyah # Ambarketawang