Motivasi Siswa Dalam Belajar
MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Motivasi Siswa Dalam Belajar
Dosen Pengampu:
Ustadz Roojil Fadilah, Lc. Ma
Ustadz Roojil Fadilah, Lc. Ma
Disusun oleh:
Maya Lailatussaidah : 20160820015
Vicky Adetia Wulandari : 20160820017
Bekti Faizah Adila : 20160820041
Lilis Nur Faizatul : 20160820001
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Memotivasi Siswa Belajar” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Hasil yang
telah kami laksanakan, kami sampaikan dalam bentuk laporan tertulis, dengan
mengharap agar mendapatkan nilai yang semaksimal mungkin, agar lebih dapat
meningkatkan pengetahuan kami.
Dalam menyusun
tugas ini kami sangat mengharapkan adanya kritik dan perbaikan yang bersifat
membangun, serta kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika sekitarnya terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam tugas ini.
Pada kesempatan
ini, kami ucapkan terima kasih kepada guru pemimbing Terjemah kami yang telah
memberikan tugas ini kepada kami semoga agar kami dapat mengingat kembali
pelajaran Terjemah ini dan sehingga dapat selesai tanpa hambatan yang berarti.
Demikianlah
makalah ini yang telah kami susun untuk menjadi masukan dalam pembelajaran
dimasa yang akan datang.
Yogyakarta,
10 Desember 2017
Penyusun
KATA PENGANTAR………………………………………………………...…………………..1
DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………………………...2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….………...3
a. LATAR BELAKANG…………………………………………...………….………………...3
b. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….......3
c. TUJUAN …………………………………………………………………...…………………3
d. MANFAAT ………………………………………………………………..………………...4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…………………5
a.
Teori motivasi menurut Maslow……….………………………………...……………………5
b.
Teori motivasi menurut Hezberg……………………………………...……………………....7
c.
Teori motivasi menuru tClayton.………………………………………..……………………9
d.
Teori motivasi menurut Mc Celland……………………………………...……………….....11
e.
Motivasi instrinsik dan
ekstrinsik…………………………………………...……………….13
BAB III PENUTUP……………………………………………………………....................14
a.
KESIMPULAN……………………………………………………………………………14
b.
SARAN……………………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari
dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar
adalah motivasi belajar itu sendiri diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup
tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar
baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa
sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi
siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa
terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar
dengan senang karena didorong motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri siswa
yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain
siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru
sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang
mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan
peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan
yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam
menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas
atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang
diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa macam teori-teori motivasi menurut para ahli?
2. Apa pengertian dari tiap teori-teori tersebut?
3. Bagaimanakah motivasi intrinsic dan ekstrinsik?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui macam-macam teori motivasi
2. Dapat menerapkan teori-teori tersebut
3. Dapat memahami pengertian motivasi instrinsik dan ekstrinsik
D. Manfaat
Kami berharap, dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pemahaman
yang baik kepada seluruh elemen masyarakat terutama kepada pengajar dan siswa. Supaya dapat memberikan dampak positif
dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Motivasi
menurut Maslow
Teori Hierarki
Kebutuhan Maslow
Abraham
Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang
yang berbeda, termasuk pendidikan.
Maslow adalah
seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang mendorong
dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan
(behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus
pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan.
Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan
kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”, “kepribadian
sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini, “orang-aktualisasi diri.”
Maslow
telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah
instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi
yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila
lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi
yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak
ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.
Maslow
telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar
kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk
kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni.
Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga
tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan
sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah
kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan
suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang
tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam
pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua
kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan
keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan
mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam
struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan
tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika
kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya
kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan
bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini
melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga
kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan.
Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat
penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas,
berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain.
Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai
orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak
berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua
kebutuhan di atas terpenuhi, maka hanya kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan.
Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan
melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus
bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini
membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di
tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak
aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk
mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang
seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Teori hierarkhi
kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida,
lebih besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan
titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa
satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik di arah
aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan di jalan mereka oleh
masyarakat negara. Dia bahwa pendidikan merupakan salah satu kendala. Dia
merekomendasikan cara pendidikan dapat beralih dari orang biasa-pengerdilan
taktik untuk tumbuh pendekatan orang. Maslow menyatakan bahwa pendidik harus
menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh menjadi orang-aktualisasi diri /
jenis-nya sendiri. Sepuluh poin yang harus dimiliki pendidik:
·
Kita
harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka
dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
·
Kita
harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi warga
negara dunia.
·
Kita
harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan mereka,
nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karier yang tepat
dan pasangan yang tepat.
·
Kita
harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada sukacita yang harus
dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka untuk melihat yang baik
dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
·
Kita
harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat batin
mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa tahu
apa yang harus membangun di atas, apa potensi yang benar-benar ada.
·
Kita
harus melihat itu kebutuhan dasar orang dipenuhi. Ini mencakup keselamatan,
belongingness, dan kebutuhan harga diri.
·
Kita
harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan
hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
·
Kita
harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik, dan lengkap meninggalkan yang
buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
·
Kita
harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan
masalah serius dalam kehidupan. Ini termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit,
penderitaan, dan kematian.
·
Kita
harus mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik. Mereka harus diberi
latihan dalam membuat pilihan yang baik.
B.
Teori Motivasi
menurut Herzberg
Frederick Herzberg (1923-2000), adalah seorang ahli psikolog klinis
dan dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori
motivasi. Frederick I Herzberg dilahirkan di Massachusetts pada 18 April 1923.
Sejak sarjana telah bekerja di City College of New York. Lalu tahun 1972,
menjadi Profesor Manajemen di Universitas Utah College of Business. Hezberg
meninggal di Salt Lake City, 18 Januari 2000.
Teori Dua Faktor Hezberg:
Frederick Herzberg mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua
faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi
dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan
kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan
bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan
tingkat tingginya.
Menurut
Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji
yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila
faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan.
Menurut hasil
penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
memotivasi bawahan yaitu :
a)
Hal-hal
yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan
berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri
dan adanya pengakuan atas semua itu.
b)
Hal-hal
yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat
embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat
dan lain-lain sejenisnya.
c)
Karyawan akan kecewa bila peluang untuk
berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta
mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg
menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :
a. Maintenance
Factors
Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin
memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan
yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol setelah dipenuhi.
b. Motivation
Factors
Adalah faktor
motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan
sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan
penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.
Penerapan Teori
Dua Faktor Herzberg Dalam Organisasi:
Dalam kehidupan
organisasi, pemahaman terhadap motivasi bagi setiap pemimpin sangat penting
artinya, namun motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini
dikemukakan oleh Wahjosumidjo sebagai berikut :
a)
Motivasi
sebagai suatu yang penting (important subject) karena peran pemimpin itu
sendiri kaitannya dengan bawahan. Setiap pemimpin tidak boleh tidak harus
bekerja bersama-sama dan melalui orang lain atau bawahan, untuk itu diperlukan
kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan.
b)
Motivasi sebagai suatu yang sulit (puzzling
subject), karena motivasi sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti.
Dan untuk mengamati dan mengukur motivasi berarti harus mengkaji lebih jauh
perilaku bawahan. Disamping itu juga disebabkan adanya teori motivasi yang
berbeda satu sama lain.
Adapun
yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri
(the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju
(advancement), pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab
(responsible).
Menurut
Herzberg faktor hygienis/extrinsic factor, tidak akan mendorong minat para
pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak
dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja
tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan
potensial.
Sedangkan
faktor motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong semangat
guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat
tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi
daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis).
Dari
teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi dan
ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali
dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari
pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
C.
Teori Motivasi
menurut Clayton
Di
era tahun 60-80an, dilakukan sebuah penelitian oleh Clayton Alderfer.
Penelitian panjang ini kemudian lahir menjadi teori ERG. Teori ERG ini sendiri
merupakan turunan dan terinsipirasi dari teori motivasi kerja yang telah hadir sebelumnya yang ditemukan
oleh Abraham Maslow.
Teori
Alferder melihat bahwa jika seseorang hidup di satu tempat memiliki kebutuhan
mendesak yang berbeda dengan yang hidup di tempat lain. Bagi seorang anak di
Afrika, ketersediaan makanan dan air bersih merupakan hal yang harus dipenuhi
segera. Namun berbeda dengan anak yang ada di wilayah Eropa yang mungkin merasa
terdesak untuk mendapatkan akses Wifi.
Dr.
Clayton Paul Alderfer ABPP (1940) adalah Amerika psikolog, pembicara, penulis,
pengusaha, konsultan dan sarjana. Sang psikolog ini kemudian menjadi semakin terkenal
dengan teori ERG nya. Titik awal dalam pengembangan teori ERG ini dimulai
dengan mengembangkan teori ini Hirarki kebutuhan Maslow. Penelitian empiris
untuk membentuk teori ERG ini dilakukan sejak tahun 1966 sampai 1989.
Teori
motivasi kerja dari Abraham Maslow menyatakan bahwa ada 5 kebutuhan manusia
yang berbentuk hierarki. Antara lain, kebutuhan kebutuhan fisiologis, keamanan,
sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Menariknya, Alderfer mencoba
melihatnya dari perspektif kebudayaan, wilayah geografis dan juga perbedaan
individu. Clayton Alderfer kemudian meringkas teori Maslow ini menjadi 3
hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan bertahan hidup (Existence), kebutuhan
diakui lingkungan (Relatedness), dan kebutuhan pengembangan diri (Growth), yang
dikenal juga menjadi teori ERG. Alderfer menggabungkan kebutuhan fisiologis dan
rasa aman kedalam kebutuhan bertahan hidup versinya. Dia memasukan kebutuhan
akan cinta/pertemanan dan penghargaan diri secara internal ke dalam kebutuhan
sosial versinya. Terakhir dia memasukan kebuthan penghargaan diri secara
eksternal dan aktualisasi diri ke dalam kolom kebutuhan pengembangan diri versi
ERP.
Kaitan hierarki
kebutuhan maslow dengan teori ERG:
1.
Motivasi
Karena Kebutuhan Existence (Kebutuhan bertahan hidup)
Seorang manusia
perlu untuk memenuhi kebutuhan minimalnya dalam bertahan hidup. Kebutuhan dasar
yang diperlukan adalah kebutuhan untuk ada (hidup) dan agar tetap ada. Jika
kebutuhan ini tidak dipenuhi maka seseorang akan sangat stres hanya untuk
sekedar hidup. Kebutuhan bertahan hidup diantaranya harus dipenuhiny akebutuhan
untuk makan, minum, udara, pakaian, tempat tinggal, rasa aman dan semacamnya.
2. Motivasi Karena Kebutuhan
Relatedness (Kebutuhan Sosial)
Manusia juga
memiliki kebutuhan untuk merasa sama dengan lingkungan sekitarnya. Atau jikapun
ada ketidaksamaan, minimal seorang manusia membutuhkan pengakuan dan dianggap
sebagai bagian dari lingkungannya. Jika pengakuan dari sekitar tidak didapat
dari lingkugan terdekat, maka otomatis manusia akan mencarinya di lingkungan
yang lain.
Seorang anak
remaja punk metal rock yang merasa tidak diakui dan tidak sama dengan
keluarganya biasanya akan mencari orang yang memiliki atribut yang sama untuk
kemudian bergabung dengan mereka. Ini jugalah yang bisa menjadi salah satu
penjelas dari munculnya trend. Sekali “anak beken di SMA” memakai baju jangkis,
maka anak-anak yang lain yang ingin diterima dan dianggap sama dengan “si
beken” akan sama-sama menjahit baju sekolahnya menjadi baju jangkis.
Rasa diakui dan
diterima lingkungan ini dibutuhkan oleh pribadi dalam masyarakat, ataupun
pekerja di tempat kerjanya. Jika kebutuhan ini dirasa tidak dipenuhi, maka
orang cenderung untuk menarik diri dan bergerak ke arah lingkungan yang
memenuhi kebutuhan tersebut.
3.
Motivasi Karena Kebutuhan Growth (Kebutuhan
Perkembangan Diri)
Ketika kedua
kebutuhan di awal sudah terpenuhi, maka orang punya kecenderungan untuk
mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri ini tentu membutuhkan suatu ruang
berkembang khusus. Disini kreatifitas dan pengambilan keputusan dari diri
sendiri sangat dihargai.
Di tempat
kerja, tidak selamanya gaji yang besar membuat orang puas bekerja. Orang
cenderung untuk puas dalam bekerja ketika dia dihargai oleh lingkungannya dalam
bekerja. Selain itu si pemberi kerja mau menghargai kesempatan pengembangan
diri tersebut.
Prioritas
kebutuhan diantara E,R, dan G berbeda antar satu individu dengan individu
lainnya. Ada individu yang masih berkutat di E. ada juga individu yang ternyata
sudah tidak memikirkan E dan R lagi, tapi terus menerut G yang dipikirkan.
Perbedaan tahapan ini unik dan berbeda antar individu.
Hubungan Antar
Kebutuhan Dalam Konsep Teori Motivasi Kerja ERG
·
Pola
Pergerakan Regresi, Menghasilkan Frustasi
Apabila satu
kebutuhan di atas tidak terpenuhi, maka orang cenderung frustasi. Dengan
frustasinya, ia kemudian menurunkan tingkat kebutuhannya ke tingkat yang lebih
mudah untuk dipenuhi. Jika seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang
tinggi dan gagal berkali-kali mencapainya, maka ia kembali ke tingkat yang
lebih rendah dan menggunakan tingkat yang di bawahnya sebagai motivasi.
Misalnya, jika
seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan perkembangan diri, namun
berkali-kali gagal mewujudkannya, maka ia akan menjadi frustasi. Seseorang
pegawai yang berkali-kali berusaha mengaktualisasikan dirinya di tempat kerja
namun tidak mendapat ruang berkreasi, maka besar kemungkinan akan jatuh pada
frustasi.
Ketika rasa
frustasi ini menumpuk terus dan dirasa sulit untuk dicapai kebutuhan untuk
aktualisasi dirinya, maka seseorang akan menurunkan ekspektasinya. Si pekerja
yang gagal aktualisasi diri itu kemudian akan menjadikan kebutuhan sosial
sebagai faktor yang memotivasi dirinya.
·
Pola
Pergerakan Progresif, Menghasilkan Kepuasan
Vice Versa,
begitu pula kebalikannya, jika seseorang sudah berhasil memenuhi atau sebagian
memenuhi kepuasan di tingkat bawah maka ia akan tidak bisa menjadikan faktor
tersebut sebagai bahan motivasi. Seorang pekerja yang dipenuhi kebutuhan
bertahan hidupnya, tidak akan menjadi termotivasi dengan gaji, jaminan
kesehatan, dan yang semacamnya.
·
Perbedaan
Antara Teori Motivasi ERG dan Maslow Model
Setidaknya ada
tiga perbedaan dalam teori motivasi Alderfer dengan teori milik Maslow, antara
lain:
Dalam teori
motivasi Alderfer, kebutuhan yang di bawah tidak harus terpenuhi
Orang tidak
perlu harus dipenuhi kebutuhan di bawahnya. Orang tetap bisa mencapai kepuasan
di tingkat kebutuhan yang atas, meskipun kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi
sepenuhnya. Sedangkan kalau menurut Maslow, seseorang harus benar-benar
terpenuhi dulu kebutuhan di bawahnya baru bergerak ke kebutuhan lainnya.
Jika gagal
memenuhi kebutuhan yang diatas, orang akan menjadi “rasional”
Ketika misalnya
seseorang gagal berkali-kali memenuhi kebutuhan yang ada di atas, maka akan
muncul frustasi. Frustasi yang berkelanjutan ini lah yang membuat seseorang
kembali lebih konkret dalam memilih faktor yang memotivasi. Ia akan kembali ke
kebutuhan yang ada dibawahnya yang lebih mungkin untuk ia capai.
Bagan kebutuhan
dalam teori Alderfer berbeda antara satu individu dengan individu lainnya
Alderfer
menggambarkan bahwa kebutuhan satu orang dan orang lain berbeda. Perbedaan
kondisi dan pribadi satu sama lain itu lebih menyebabkan satu orang dengan
orang lain memandang motivasi secara berbeda. Orang di Afrika akan lebih banyak
termotivasi dengan kebutuhan bertahan hidup, sedangkan orang di Skandinavia
termotivasi misalnya untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
D.
Teori Motivasi
menurut Mc Cellend
David Clarence McClelland (1917-1998) mendapat gelar doktor dalam
psikologi di Yale pada 1941 dan menjadi profesor di Universitas Wesleyan.
McClelland dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland
memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan
model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan,
serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi
secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan teori Frederick
Herzberg.
David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang
diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:
1. Motivasi
untuk berprestasi (n-ACH)
2. Motivasi
untuk berkuasa (n-pow)
3. Motivasi
untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)
Model Kebutuhan
Berbasis Motivasi McClelland:
David
McClelland (Robbins, 2001 : 173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment
Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk
mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya
McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial,
bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau
dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Teori ini memfokuskan
pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan
kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.
Model motivasi
ini ditemukan di berbagai organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki
karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.
1)
Kebutuhan
akan prestasi (n-ACH)
Kebutuhan akan
prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow
terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia
menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik
tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan
masalah.
n-ACH adalah
motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai
prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi
menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik
dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
2) Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)
Kebutuhan akan
kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu
cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau
suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa
kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai
suatu posisi kepemimpinan.
n-pow adalah
motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh
terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki
ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise
pribadi.
3)
Kebutuhan
untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)
Kebutuhan akan
Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif
dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai
kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan
interaksi sosial yang tinggi.
E.
Motivasi
Instrinsik dan Ekstrinsik
a) Motivasi
Intrinsik
Yang di maksud
dengan Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu
suadah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai Contoh seseorang yang
senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, karena ia
sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Siswa yang
memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan untuk menjadi orang yang
terdidik, berpengetahuan, ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan
untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah dengan belajar, tanpa belajar
tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang
menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang
motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial,
bukan sekedar simbol atau seremonial.
b) Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai Contoh
seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ada ujian dengan harapan
akan mendapat nilai yang baik, sehingga ia akan dipuji oleh pacarnya, atau
temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu,
tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau
dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung
berhubungan dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat
juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai
dan di teruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Motivasi dalam belajar sangatlah dibutuhkan oleh setiap orang. Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, seseorang yang mempunyai intelegensi yang
cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Ada beberapa teori dari para ahli yang
telah mengemukakan pendapatnya tentang teori motivasi ini.
Abraham Maslow mengembangkan teori
kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Frederick
Herzberg mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor
higiene dan motivator. Dr. Clayton Paul Alderfer ini mengembangkan teori motivasi ini dengan ERG. David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan
pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan
metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan
tes.
B. Saran
Motivasi sangatlah penting dalam proses belajar. Kita sebagai peserta
didik terkadang sering mengalami proses penurunan kesemangatan dalam belajar.
Guru merupakan salah satu peranan penting dalam memberikan motivasi kepada
peseta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar